Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sebesar 2,7% dari produk domestik bruto (PDB) dinilai sebagai indikator yang cukup positif bagi pertumbuhan ekonomi mendatang. “Itu bagus, artinya masih di bawah 3 persen,” kata Airlangga di Main Hall BEI, Selasa (9/7/2024).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan bahwa defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) tahun ini akan melampaui target yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh pendapatan negara yang diproyeksikan tidak mencapai target yang telah ditetapkan. Hingga akhir tahun 2024, diprediksi defisit APBN mencapai Rp 609,7 triliun, setara dengan 2,7% dari produk domestik bruto (PDB). Angka ini melebihi target defisit sebesar Rp 522,8 triliun atau setara dengan 2,29% dari PDB yang telah ditetapkan dalam APBN.
"Ini artinya terjadi kenaikan defisit," kata dia, dalam Rapat Kerja Badan Anggaran DPR, di Gedung DPR, Jakarta, sebagaimana dikutip Kompas.com, Senin (8/7/2024).
Menurut Airlangga, proyeksi defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) saat ini sudah sesuai dengan kisaran yang telah ditetapkan. Dia menyatakan bahwa hingga tahun 2025, proyeksi defisit tersebut tetap berada di bawah 3 persen dari produk domestik bruto (PDB).
“Kemarin kan sudah pembahasan antara itu sampe 2,8 persen, jadi kalau 2,7 itu dalam range yang baik,” ujarnya. “Kan 2025 (proyeksi) di bawah 3 persen, masih aman lah, mau cari yang enggak aman?” lanjut dia.
Menurut Sri Mulyani, kenaikan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) disebabkan oleh sebagian besar pos pendapatan negara yang diproyeksikan tidak mencapai target yang telah ditetapkan. Penerimaan pajak, yang merupakan sumber utama pendapatan negara, diproyeksikan mencapai Rp 1.921,9 triliun hingga akhir tahun ini. Angka tersebut setara dengan 96% dari target yang ditetapkan sebesar Rp 1.988,9 triliun.